Kepemimpinan yang unggul di tempat kerja sangat penting, terutama ketika berhadapan dengan personel yang tidak puas.
Karena bagaimana mereka menangani kesalahan akan menentukan apakah staf mereka bisa berkembang atau tidak.

Ketika ada yang tidak beres di tempat kerja, beberapa manajer mungkin menjadi marah.

Namun, sikap ini tidak boleh ditampilkan karena menyebabkan sosoknya ditakuti, bahkan tidak disukai, oleh stafnya.

Sebaiknya atasan belajar menerapkan cara-cara di bawah ini agar lebih pintar dalam menghadapi kesalahan agar lebih tenang.

1. Jangan pernah memulai percakapan saat Anda sedang marah.
Marah adalah emosi yang alami. Kemarahan, di sisi lain, harus dikelola karena tidak selalu menyelesaikan masalah.

Membiarkan mata gelap, perilaku, dan kata-kata yang seharusnya dilakukan malah dilihat oleh orang lain bukanlah ide yang baik.

Setiap orang di berbagai bidang kehidupan, terutama atasan yang bertanggung jawab atas pekerjaan karyawan, harus memahaminya.

Mereka didorong untuk tidak langsung bereaksi terhadap kesalahan dan memberi otak waktu.

Tujuannya agar atasan bisa berpikir rasional dan lebih bisa mengontrol perkataan dan cara menegur karyawan.

2. Bersikaplah objektif dalam berpikir
Setiap karyawan harus bertanggung jawab atas kesalahan apa pun yang telah mereka lakukan.

Akan tetapi, hal itu harus disertai dengan pemeriksaan terhadap kesalahan yang dibuat dan apakah kesalahan itu dapat dihindari atau tidak jika bos menyesuaikan caranya dalam melakukan sesuatu.

Alasan untuk ini adalah karena kesalahan karyawan tidak selalu murni kelalaian. Mungkin saja dia melakukan kesalahan sebagai akibat dari variabel lain.

Manajer harus mempertimbangkan faktor apa yang berkontribusi pada kesalahan di tempat kerja dan bagaimana memotivasi staf untuk mencapainya.

3. Pekerjakan orang yang tepat sejak awal.
Kesalahan di tempat kerja dapat dikurangi jika bisnis dapat mempekerjakan personel dengan keterampilan dan persyaratan yang tepat.

Idenya adalah agar tim terdiri dari orang-orang yang memiliki pola pikir yang benar, terutama dalam hal membuat kesalahan.

Pengusaha harus menjamin bahwa karyawan mereka mau belajar dari kesalahan mereka sendiri dan orang lain.

4. Bicara tentang masalah ini.
Karyawan tidak dimintai pertanggungjawaban oleh pemimpin yang bijaksana.

Alih-alih kesal, mereka mendesak karyawan mereka untuk membicarakannya dan menemukan metode untuk menghindari kesalahan yang sama lagi.

Hal ini diperlukan untuk menilai bagaimana karyawan menerapkan strategi yang dirancang oleh atasan mereka.

5. Jadilah panutan
Tidak mudah menjadi bos. Selain itu, banyak orang yang tidak dapat membedakan atasan sebagai bos atau pemimpin.

Sebagian besar waktu, seorang manajer tidak ingin tahu dan hanya memberi perintah di depan karyawannya.

Sementara itu, atasan yang mampu menjadi pemimpin dapat memimpin dengan memberi contoh, memastikan bahwa karyawannya tidak menyembunyikan kesalahannya.

Karyawan tidak boleh dirahasiakan tentang kesalahan mereka oleh para pemimpin yang bijaksana.

Mereka diberitahu untuk berani dan membiarkan staf belajar dari kesalahan mereka.

Karyawan kemudian dapat mengadopsi mentalitas yang sama karena mereka ingin bertanggung jawab atas aktivitas mereka.

6. Ubah perspektif Anda
Atasan harus menanamkan keyakinan pada personelnya bahwa kesalahan tidak dapat dihindari.

Dan, seperti yang dinyatakan sebelumnya, kesalahan harus dipelajari daripada dihindari atau disembunyikan.

Ketika karyawan mengetahui bahwa kesalahan tidak selalu merugikan pekerjaan mereka, mereka mungkin menuai berbagai manfaat.

Pertama, ketika mencari solusi untuk suatu masalah, karyawan berani mengambil pendekatan alternatif.

Kedua, karyawan akan meniru sosok atasan yang mampu menjadi seorang pemimpin, bahkan jika mereka pindah kerja.

Karyawan pasti akan mengingat kuliah dari bos mereka tentang menghadapi kesalahan secara langsung.

Yang lebih penting adalah menunjukkan kepada tim bahwa kita, sebagai atasan, memiliki harapan dan jawaban ketika kita melakukan kesalahan.

Dengan cara ini, mereka akan mengimbangi kejujuran atasan mereka melalui usaha keras, dedikasi, dan kecerdikan.






Leave a Reply